tag:blogger.com,1999:blog-35475206705466583862024-02-20T14:08:42.460-08:00Peradilan di Indonesiadebuhttp://www.blogger.com/profile/10354792109063447609noreply@blogger.comBlogger27125tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-88899937634045721762012-11-06T05:05:00.005-08:002012-11-06T05:05:59.459-08:00Susunan Badan Peradilan Negeri Tingakat Pertama dan Banding <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-6468810725068006792" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<b style="background-color: white;">Pasal 10 ayat (1) Susunan Pengadilan Negeri terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">a. Pimpinan : Pasal 11 ayat (1) Pimpinan Pengadilan Negeri terdiri dari seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">b. Panitera : pasal 27 ayat (1) Pada setiap Pengadilan ditetapkan adanya Kepaniteraan yang dipimpin oleh seorang Panitera. (2) Dalam melaksanakan tugasnya Panitera Pengadilan Negeri dibantu oleh seorang Wakil Panitera, beberapa orang Panitera Muda, beberapa orang Panitera Pengganti, dan beberapa orang Jurusita.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">c. Sekertaris : Pasal 44 Pada setiap Pengadilan ditetapkan adanya Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris dan dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">d. Jurusita : Pasal 39 Pada setiap Pengadilan Negeri ditetapkan adanya Jurusita dan Jurusita Pengganti.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">P<b>asal (2) Susunan Pengadilan Tinggi terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">a. Pimpinan : Pasal 11 ayat (2) Pimpinan Pengadilan Tinggi terdiri dari seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">b. Hakim Anggota : Pasal 11 ayat (3) Hakim Anggota Pengadilan Tinggi adalah Hakim Tinggi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">c. Panitera : pasal 27 ayat (1) Pada setiap Pengadilan ditetapkan adanya Kepaniteraan yang dipimpin oleh seorang Panitera. Dan ayat (3) Dalam melaksanakan tugasnya Panitera Pengadilan Tinggi dibantu oleh seorang Wakil Panitera, beberapa orang Panitera Muda, dan beberapa orang Panitera Pengganti.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">d. Sekertaris : Pasal 44 Pada setiap Pengadilan ditetapkan adanya Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Sekretaris dan dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris.</span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-3773755997536065882012-11-06T05:05:00.001-08:002012-11-06T05:05:26.806-08:00Tugas dan Wewenang Hakim Pengadilan Negeri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></h3>
<div class="post-header" style="font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-4317946985586605198" itemprop="description articleBody" style="font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tugas Hakim Pengadilan Negeri</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Tugas seorang hakim Pengadilan Negeri diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 2004 tentang Pengadilan Negeri.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasal 2 ayat (1): Tugas pokok dari pada hakim adalah menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasal 5 ayat (2): Dalam perkara perdata hakim harus membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasal 14 ayat (1): Hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan ia wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Wewenang Hakim yaitu:<br />Pasal 159 ayat (4): Hakim berwenang untuk menolak permohonan penundaan sidang dari para pihak, kalau ia beranggapan bahwa hal tersebut tidak diperlukan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasal 175: Diserahkan kepada timbangan dan hati-hatinya hakim untuk menentukan harga suatu pengakuan dengan lisan, yang diperbuat di luar hukum.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasal 180 ayat (1) Ketua PN dapat memerintahkan supaya suatu keputusan dijalankan terlebih dahulu walaupun ada perlawanan atau bandingnya, apabila ada surat yang sah, suatu tulisan yang menurut aturan yang berlaku yang dapat dkeputusan yang sudah mendapat kekuasaan yang pasti, demikian juga dikabulkan tuntutan dahulu, terlebih lagi di dalam perselisihan tersebut terdapat hak kepemilikan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Helvetica Neue, Arial, Helvetica, sans-serif;">Pasal 180 ayat (2) Akan tetapi dalam hal menjalankan terlebih dahulu ini, tidak dapat menyebabkan sesorang dapat ditahan.iterima sebagai bukti atau jika ada hukuman lebih dahulu dengan</span></span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-7231978522732199552012-11-06T05:03:00.005-08:002012-11-06T05:03:46.944-08:00Prosedur Beracara dalam PA <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-424201809783210747" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Perkara diajukan ke Pengadilan Agama melalui petugas kepaneteraan<br />A . Menerima<br /> 1. Menerima gugatan atau permohonan<br /> 2. Memberikan penjelasan yang dianggap perlu dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa untuk membayar (SKUM).<br /> 3. Menyerahkan kembali surat gugatan/permohoan beserta SKUM<br /> 4. Pembayaran panjar biaya perkara. (pasal 90 bab III UU no. 50 th 2009)<br /> 5. Mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan<br /> 6. Penelitian terhadap kelengkapan perkara(bentuk dan isi surat gugatan)<br /> 7. Penyampaian berkas perkara kepada ketua Pengadilan Agama<br /> 8. Penetapan Penunjukan Majelis Hakim (PMH) oleh Ketua PA<br /> 9. Penetapan Hari Sidang (PHS) oleh ketua majelis<br /> 10. Pemanggilan pihak-pihak kemuka sidang <br />B. Memeriksa<br /> UU no. 50 th 2009 bab III pasal 59 (1) mengharuskan semua sidang pemeriksaan perkara di Pengadilan terbuka untuk umum kecuali ditentukan lain oleh UU, seperti bagi permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup (pasal 68 (2) bab IV UU no. 50 th 2009).<br /> 1. Pembukaan sidang pertama<br /> 2. Penanyaan identitas pihak pihak-pihak<br /> 3. Pembacaan surat gugatan<br /> 4. Anjuran damai<br /> 5. Replik-Duplik<br /> 6. pembuktian<br /> 7. Penyusunan Konklusi<br /> 8. Musyawarah Majlis Hakim (pasal 50 (3) bab III UU no. 50 th 2009 )<br />C. Memutuskan<br /> Pengucapan keputusan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum<br /> (pasal 60 bab IV UU no. 50 th 2009)<br /> “Penetapan dan putusan pengadilan hanya san dan mempunyai kekuatanhukum apabila diucapkann dalam sidang terbuka utuk umum”</span></div>
<div>
<br /></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-11438371959331853072012-11-06T05:03:00.003-08:002012-11-06T05:03:38.955-08:00Prosedur Beracara dalam PA <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-424201809783210747" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Perkara diajukan ke Pengadilan Agama melalui petugas kepaneteraan<br />A . Menerima<br /> 1. Menerima gugatan atau permohonan<br /> 2. Memberikan penjelasan yang dianggap perlu dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa untuk membayar (SKUM).<br /> 3. Menyerahkan kembali surat gugatan/permohoan beserta SKUM<br /> 4. Pembayaran panjar biaya perkara. (pasal 90 bab III UU no. 50 th 2009)<br /> 5. Mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan<br /> 6. Penelitian terhadap kelengkapan perkara(bentuk dan isi surat gugatan)<br /> 7. Penyampaian berkas perkara kepada ketua Pengadilan Agama<br /> 8. Penetapan Penunjukan Majelis Hakim (PMH) oleh Ketua PA<br /> 9. Penetapan Hari Sidang (PHS) oleh ketua majelis<br /> 10. Pemanggilan pihak-pihak kemuka sidang <br />B. Memeriksa<br /> UU no. 50 th 2009 bab III pasal 59 (1) mengharuskan semua sidang pemeriksaan perkara di Pengadilan terbuka untuk umum kecuali ditentukan lain oleh UU, seperti bagi permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup (pasal 68 (2) bab IV UU no. 50 th 2009).<br /> 1. Pembukaan sidang pertama<br /> 2. Penanyaan identitas pihak pihak-pihak<br /> 3. Pembacaan surat gugatan<br /> 4. Anjuran damai<br /> 5. Replik-Duplik<br /> 6. pembuktian<br /> 7. Penyusunan Konklusi<br /> 8. Musyawarah Majlis Hakim (pasal 50 (3) bab III UU no. 50 th 2009 )<br />C. Memutuskan<br /> Pengucapan keputusan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum<br /> (pasal 60 bab IV UU no. 50 th 2009)<br /> “Penetapan dan putusan pengadilan hanya san dan mempunyai kekuatanhukum apabila diucapkann dalam sidang terbuka utuk umum”</span></div>
<div>
<br /></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-84039196325734571032012-11-06T05:03:00.001-08:002013-06-16T06:52:29.748-07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<span style="background-color: white;">Prosedur Beracara dalam PA</span></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-424201809783210747" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<span style="background-color: white;"><br /></span><div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Perkara diajukan ke Pengadilan Agama melalui petugas kepaneteraan<br />A . Menerima<br /> 1. Menerima gugatan atau permohonan<br /> 2. Memberikan penjelasan yang dianggap perlu dan menaksir panjar biaya perkara yang kemudian ditulis dalam Surat Kuasa untuk membayar (SKUM).<br /> 3. Menyerahkan kembali surat gugatan/permohoan beserta SKUM<br /> 4. Pembayaran panjar biaya perkara. (pasal 90 bab III UU no. 50 th 2009)<br /> 5. Mendaftar/mencatat surat gugatan atau permohonan<br /> 6. Penelitian terhadap kelengkapan perkara(bentuk dan isi surat gugatan)<br /> 7. Penyampaian berkas perkara kepada ketua Pengadilan Agama<br /> 8. Penetapan Penunjukan Majelis Hakim (PMH) oleh Ketua PA<br /> 9. Penetapan Hari Sidang (PHS) oleh ketua majelis<br /> 10. Pemanggilan pihak-pihak kemuka sidang <br />B. Memeriksa<br /> UU no. 50 th 2009 bab III pasal 59 (1) mengharuskan semua sidang pemeriksaan perkara di Pengadilan terbuka untuk umum kecuali ditentukan lain oleh UU, seperti bagi permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup (pasal 68 (2) bab IV UU no. 50 th 2009).<br /> 1. Pembukaan sidang pertama<br /> 2. Penanyaan identitas pihak pihak-pihak<br /> 3. Pembacaan surat gugatan<br /> 4. Anjuran damai<br /> 5. Replik-Duplik<br /> 6. pembuktian<br /> 7. Penyusunan Konklusi<br /> 8. Musyawarah Majlis Hakim (pasal 50 (3) bab III UU no. 50 th 2009 )<br />C. Memutuskan<br /> Pengucapan keputusan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum<br /> (pasal 60 bab IV UU no. 50 th 2009)<br /> “Penetapan dan putusan pengadilan hanya san dan mempunyai kekuatanhukum apabila diucapkann dalam sidang terbuka utuk umum”</span></div>
<div>
<br /></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-85987225548278224972012-11-06T05:02:00.002-08:002012-11-06T05:02:18.778-08:00Alasan dan Prosedur Permohonan PK dalam PA <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-3792094902243656356" itemprop="description articleBody" style="line-height: 1.4; width: 500px;">
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Alasan permohonan PK</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">(pasal 67 bab IV UU no. 14 th 1985)</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">a. apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan;</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut;</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">d. apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya;</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain;</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Prosedur permohonan PK</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"> Permohonan PK diajukan sendiri oleh pihak yang berperkara</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"> Dilakukan dalam waktu 180 sejak putusan atau penetapan mempunyai kekuatan hukum tetap (Pasal 69 UU No. 5 tahun 2004)</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"> Pembayaran biaya perkara (Pasal 70 UU No. 45 tahun 2004, pasal 89 dan 90 UU No. 7 tahun 1989)</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"> Pembuatan akta PK dan pendaftaran</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"> Pemberitahuan kepada pihak lawan</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"> Pengajuan jawaban dari pihak lawan dalam tenggang waktu 30 hari</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"> Pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung dalam waktu 30 hari</span></div>
<div>
<br /></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-73531907283775259682012-11-06T05:01:00.004-08:002012-11-06T05:01:34.619-08:00Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></h3>
<div class="post-header" style="font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-3302540711310192516" itemprop="description articleBody" style="font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>A. Pengertian PTUN</b><br />Menurut Rozali Abdullah, hukum acara PTUN adalah rangkaian perturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan Tata Usaha Negara. Pengaturan terhadap hukum formal dapat digolongkan menjadi dua bagian, Yaitu:<br />1. Ketentuan prosedur berperkara diatur bersama-sama dengan hukum materiilnya peradilan dalam bentuk UU atau perturan lainnya.<br />2. Ketentuan prosedur berperkara diaturtersendiri masing-masing dalam bentuk UU atau bentuk peraturan lainnya.<br />Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman untuk rakyat yang mencari keadilan terhadap sengketa tata usaha negara. Sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang terjadi antara badan atau kantor tata usaha negara dengan warga negara. PTUN diciptakan untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan warga negaranya. Dalam hal ini, sengketa timbul sebagai akibat dari adanya tindakan-tindakan pemerintah yang melanggar hak-hak warga negara. Dengan demikian PTUN ditujukan pula untuk melindungi rakyat dari tindakan-tindakan pemerintah yang tidak populis. Singkatnya, PTUN tidak hanya melindungi hak-hak tunggal saja, tetapi juga melindungi hak-hak warga negara sebagai suatu masyarakat.<br /><br /><u><b>B. Dasar hukum PTUN</b></u><br />Dasar peradilan dalam UUD 45 dapat ditemukan dalam pasal 24. Sebagai pelaksanaan dalam pasal 24 UUd 1945, dikeluarkanlah UU No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan kehakiman.kekuasan kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan:<br />1. Peradilan Umum<br />2. Peradilan Agama<br />3. Peradilan militer<br />4. Peradilan Tata Usaha Negara<br />Dengan berlakunya UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berdasarkan Pasal 144 dapat disebut UU peradilan Administrasi Negara, maka dewasa ini perlindungan hukum terhadap warga masyarakat atas perbuatan yang dilakukan oleh penguasa dapat dilakukan melalui badan yakni:<br />a. Badan Tata Usaha Negara, dengan melalui upaya administrative.<br />b. Peradilan Tata Usaha Negara, Berdasarkan UU No. 5 tahun 1986 tentang PTUN.<br />c. Peradilan Umum, melalui Pasal 1365 KUHPer.</span></span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-81798713940680149422012-11-06T05:00:00.003-08:002012-11-06T05:00:34.922-08:00Sejarah Peradilan Tata Usaha Negara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-6039166107068671292" itemprop="description articleBody" style="font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Dari sudut sejarah ide dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara adalah untuk menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan warga negaranya dan pembentukan lembaga tersebut bertujuan mengkontrol secara yuridis (judicial control) tindakan pemerintahan yang dinilai melanggar ketentuan administrasi (mal administrasi) ataupun perbuatan yang bertentangan dengan hukum (abuse of power). Eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam peraturan perundang-undangan yang khusus yakni, Undang-Undang No.5 Tahun 1986 Tentang PTUN yang kemudian dirubah dengan Undang-Undang No.9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dirasa sudah memenuhi syarat untuk menjadikan lembaga PTUN yang professional guna menjalankan fungsinya melalui kontrol yudisialnya. Namun, perlu disadari bahwa das sollen seringkali bertentangan dengan das sein, salah satu contohnya terkait dengan eksekusi putusan, Pengadilan Tata Usaha Negara bisa dikatakan belum profesional dan belum berhasil menjalankan fungsinya.<br /><br />Sebelum diundangkannya UU No. 9 Tahun 2004 putusan PTUN sering tidak dipatuhi pejabat karena tidak adanya lembaga eksekutornya dan juga tidak ada sanksi hukumnya serta dukungan yangyang menyebabkan inkonsistensi sistem PTUN dengan sistem peradilan lainnya, terutama dengan peradilan umum karena terbentur dengan asas dat de rechter niet op de stoel van het bestuur mag gaan zitten (hakim tidak boleh duduk di kursi pemerintah atau mencampuri urusan pemerintah) dan asas rechtmatigheid van bestuur yakni atasan tidak berhak membuat keputusan yang menjadi kewenangan bawahannya atau asas kebebasan Pejabat tak bisa dirampas. Setelah diundangkannya UU No.9 Tahun 2004 tersebut diharapkan dapat memperkuat eksistensi PTUN. Namun, dalam UU No. 9 Tahun 2004 itu pun ternyata masih saja memunculkan pesimisme dan apatisme publik karena tidak mengatur secara rinci tahapan upaya eksekusi secara paksa yang bisa dilakukan atas keputusan PTUN serta tidak adanya kejelasan prosedur dalam UU No. 9 Tahun 2004 Pasal 116 ayat (4) yakni jika pejabat tidak bersedia melaksanakan putusan maka dapat dikenakan sanksi upaya paksa membayar sejumlah uang paksa dan/atau sanksi administratif. lemah dari prinsip-prinsip hukum administrasi negara.<br /><br />Eksekusi Putusan PTUN juga seringkali tertunda karena adanya upaya banding, kasasi, atau peninjauan kembali (PK) sehingga memaksa majelis hakim menunda eksekusi, kalau eksekusi tidak dapat dilaksanakan, maka PTUN berwenang untuk melaporkan kepada atasan yang bersangkutan yang puncaknya dilaporkan kepada Presiden. Sejarah Pengadilan Tata Usaha Negara di IndonesiaPada masa Hindia Belanda, tidak dikenal Pengadilan Tata Usaha Negara atau dikenal dengan sistem administratief beroep. Hal ini terurai dalam Pasal 134 ayat (1) I.S yang berisi:<br /><br /> Perselisihan perdata diputus oleh hakim biasa menurut Undang-Undang;<br /> Pemeriksaan serta penyelesaian perkara administrasi menjadi wewenang lembaga administrasi itu sendiri.<br /><br />Kemudian, setelah Indonesia merdeka, yaitu pada masa UUDS 1950, dikenal tiga cara penyelesaian sengketa administrasi, yaitu:<br /><br /> Diserahkan kepada Pengadilan Perdata;<br /> Diserahkan kepada Badan yang dibentuk secara istimewa;<br /> Dengan menentukan satu atau beberapa sengketa TUN yang penyelesaiannya diserahkan kepada Pengadilan Perdata atau Badan Khusus.<br /><br />Perubahan mulai terjadi dengan keluarnya UUU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Dalam Pasal 10 undang-undang tersebut disebutkan bahwa Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan antara lain Peradilan Tata Usaha Negara. Kewenangan Hakim dalam menyelesaikan sengketa administrasi negara semakin dipertegas melalui UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dimana disebutkan bahwa kewenangan memeriksa, memutus dan menyelesaikan suatu perkara/sengketa administrasi berada pada Hakim/Peradilan Tata Usaha Negara, setelah ditempuh upaya administratif.</span></span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-7784948753117522622012-11-06T05:00:00.000-08:002012-11-06T05:00:03.797-08:00Tujuan Peradilan Tata Usaha<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-2965157232523038602" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><b>Tujuan Pembentukan Peradilan Tata Usaha</b><br />Philipus M. Hadjon menyatakan bahwa perlindungan hukum bagi rakyat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan hukum dimana rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yangyang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, sedangkan sebaliknya perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Perlindungan hukum yang preventif sangat besar artinya bagi tindakan pemerintah yang didasarkan kepada kebebasan bertindak, karena dengan adanya perlindungan hukum yangyang didasarkan pada diskresi. Dalam kajian Hukum Administrasi Negara, tujuan pembentukan peradilan administrasi Negara (Peradilan Tata Usaha Negara) adalah: defenitif, artinya perlindungan hukum preventif pemerintah terdorong untuk bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan.</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber dari hak- hak individu.</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan pada kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut.</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, perlindungan hukum akibat dikeluarkannya ketetapan (beschiking) dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu melalui banding administrasi atau upaya administrasi dan melalaui peradilan. Menurut Sjahran Basah perlindungan hukum yang diberikan merupakan qonditio sine qua non dalam menegakan hukum. Penegakan hukum merupakan qonditio sine qua non pula untuk merealisasikan fungsi hukum itu sendiri. Fungsi hukum yang dimaksud adalah:</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang hendak dicapai dengan tujuan kehidupan bernegara;</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa;</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Stabilitatif, sebagai pemelihara dan menjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat;</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Perfektif, sebagai penyempurna baik terhadap sikap tindak administrasi negara maupun sikap tindak warga apabila terjadi pertentangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat;</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Korektif, sebagai pengoreksi atas sikap tindak baik administrasi negara maupun warga apabila terjadi pertentangan hak dan kewajiban untuk mendapatkan keadilan.</span></li>
</ul>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-4401548617704620402012-11-06T04:59:00.000-08:002012-11-06T04:59:04.811-08:00Asas Hukum Acara PTUN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-7758496465909764679" itemprop="description articleBody" style="line-height: 1.4; width: 500px;">
<div style="font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Menurut Scholten memberikan definisi asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat didalam dan di belakang system hukum masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim,yang berkenaan dengannya ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai penjabarannya.<br /><b>Asas Hukum PTUN adalah:</b></span></span></div>
<ol style="font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas praduga Rechtmating ( Vermoeden van rechtmatigheid, prasumptio iustae causa). Ini terdapat pada pasal 67ayat 1UU PTUN.</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas gugatan pada dasarnya tidak dapat menunda pelaksanaan KTUN yang dipersengketakan, kecuali ada kepentingan yang mendesak dari penggugat. Terdapat pada pasal 67ayat 1dan ayat 4 huruf a.</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas para pihak harus didengar (audi et alteram partem)</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas kesatuan beracara dalam perkara sejenis baik dalam pemeriksaan di peradilan judex facti, maupun kasasi dengan MA sebagai Puncaknya.</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari segala macam campur tangan kekuasaan yang lain baik secara langsung dan tidak langsung bermaksud untuk mempengaruhi keobyektifan putusan peradilan. Pasalb 24 UUD 1945 jo pasal 4 4 UU 14/1970.</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan ringan ( pasal 4 UU 14/1970).</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas hakim aktif. Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap pokok sengketa hakim mengadakan rapat permusyawaratn untuk menertapakan apakah gugatan dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar atau dilengkapi dengan pertimbangan (pasal 62 UU PTUN), dan pemeriksaan persiapan untuk mengetahui apakah gugatan penggugat kurang jelas, sehingga penggugat perlu untuk melengkapinya (pasal 63 UU PTUN).</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas siding terbuka untuk umum. Asas inimembawa konsekuensi bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila di ucapkan dalam siding terbuka untuk umum (pasal 17 dan pasal 18 UU 14/1970 jo pasal 70 UU PTUN).</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas peradilan berjenjang. Jenjang peradilan di mulai dari tingkat yang paling bawah yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara, kemudian Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, dan puncaknya adalah Mahkamah Agung.</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas pengadilan sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan keadilan. Asas ini menempatkan pengadilan sebagai ultimatum remedium. ( pasal 48 UU PTUN).</span></span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Asas Obyektivitas. Untuk tercapainya putusan yang adil, maka hakim atau panitera wajib mengundurkan diri, apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga atau hubngan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat atau penasihat hukum atau antara hakim dengan salah seorang hakim atau panitera juga terdapat hubungan sebagaimana yang di sebutkan di atas, atau hakim atau paniteratersebut mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung dengan sengketanya. (pasal 78 dan pasal 79 UU PTUN).</span></span></li>
<li></li>
</ol>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-20877603234128688962012-11-06T04:58:00.002-08:002012-11-06T04:58:14.493-08:00Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Pengadilan Negeri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-5425447922917861999" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pengangkatan hakim yaitu: (pasal 16 ayat 1)<br />(1) Hakim Pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Menteri Kehakiman berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.<br />Pemberhentian Hakim ada 2 yaitu:<br />Untuk pemberhentian hakim diatur dalam pasal 16 ayat (1)<br />Hakim Pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Menteri Kehakiman berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.<br />Pemberhentian dengan hormat (pasal 19 ayat 1 & 2)<br />(1) Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena:<br /> a. permintaan sendiri;<br /> b. sakit jasmani atau rohani terus menerus;<br /> c. telah berumur 62 (enam puluh dua) tahun bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan Negeri, dan 65 (enam puluh lima) tahun bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan Tinggi;<br /> d. ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugasnya.<br />(2) Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan yang meninggal dunia dengan sendirinya diberhentikan dengan hormat dari jabatannya oleh Presiden.<br /> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pemberhentian tidak hormat (pasal 20 ayat 1)<br />(1) Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya dengan alasan:<br /> a. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan;<br /> b. melakukan perbuatan tercela;<br /> c. terus menerus melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya;<br /> d. melanggar sumpah atau janji jabatan;<br /> e. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18. </span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-50112090855545110462012-11-06T04:57:00.001-08:002012-11-06T04:57:03.532-08:00Kekuasan Mutlak dan Relatif di Peradilan Negeri <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-3345138986900213468" itemprop="description articleBody" style="line-height: 1.4; width: 500px;">
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span lang="SV">Kekuasan Mutlak Peradilan Negeri diatur dalam </span><span lang="SV"></span><span lang="EN-MY">Pasal 134 HIR</span><span lang="IN"></span></span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">
</div>
<ul style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;"><span lang="SV">Kekuasaan mutlak menyangkut pembagian kekuasaan antara badan-badan peradilan, dilihat dari macamnya pengadilan mengenai pemberian kekuasaan untuk mengadili. Contoh persoalan mengenai perdata umum dan pidana dalam hal mengadili adalah wewenang mutlak PN.</span><span lang="SV"></span></span></li>
</ul>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span lang="SV">Sedangkan dalam kekuasan relatif Pengadilan Negeri</span><i><span lang="SV"> </span></i><span lang="SV">diatur </span>dalam Pasal 118 HIR dan 17 BW</span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
</div>
<ul style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Kekuasaan relati mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara pengadilan negeri serupa tergantung dari tempat tinggal tergugat dan dalam kondisi tertentu dapat dipindahkan dengan alasan yang dibenarkan oleh UU.</span></li>
<li></li>
</ul>
<div style="background-color: #3c5cc5; color: #656565; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
</div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-6642067264121467242012-11-06T04:56:00.002-08:002012-11-06T04:56:25.739-08:00Sumber Hukum Peradilan Negeri <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-4766881334129166572" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span lang="IN"></span></span></div>
<div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span lang="NO-BOK">Sumber hukum formil adalah peraturan perundang-undangan yang dipakai dalam beracara. Terdiri dari:</span><span lang="NO-BOK"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">UU No. 14/1970, UU No.35/1999, UU No. 4/2004 tentang Kekuasaan Kehakiman</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">UU No. 14/1985, UU No. 5/2004 tentang MA</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">HIR & R. Bg</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">KUHAPer</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">KUHAP</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">UU No. 2/1989, UU No. 8/2004 tentang Peradilan Umum</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Peraturan MA RI</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Surat Edaran MA RI</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Yurisprudensi MA RI</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span lang="SV">Sumber hukum materiil adalah peraturan perundang-undangan yang dijadikan rujukan dalam memutus perkara. Terdiri dari:</span><span lang="IN"></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span lang="SV" style="background-color: white;">KUHP</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;"><span lang="SV">KUHPer</span><span lang="SV"></span></span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">UU No. 2/1989 jo UU No. 8/2004 tentang Peradilan Umum</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span lang="SV" style="background-color: white;">UU lain yang sesuai dengan ketetapan hukum positif</span></li>
</ul>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-20543240656647585292012-11-06T04:55:00.003-08:002012-11-06T04:55:38.799-08:00Prosedur beracara dalam Peangadilan Negeri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-8641022769311065228" itemprop="description articleBody" style="line-height: 1.4; width: 500px;">
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Tata cara berperkara perdata melalui beberapa tahap antara lain:</span></div>
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Tahap pertama, menerima perkara</span><ol style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pengajukan (perkara) gugatan (pasal 118 HIR)</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pembayaran panjar biaya perkara</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pendaftaran perkara</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Penetapan majelis hakim</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pengajuan panitera sidang</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Penetapan hari sidang (Pasal 122 HIR)</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pemangilan pengugat dan tergugat</span></li>
</ol>
<span style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Tahapkedua memeriksa perkara (Pasal 372 HIR)</span><ol style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pemeriksaan pendahuluan</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pembacaan gugatan</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Jawaban gugatan</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Replik</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Duplik</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pembuktian (Pasal 137, 172 & 176 HIR)</span></li>
</ol>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Tahap ketiga menyelesaikan perkara (Pasal 178 HIR)</span></div>
<ol style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Kesimpulan</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Putusan hakim</span></li>
</ol>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Tata cara perkara pidana melalui beberapa tahap antara lain:<br />Tahap pwertama penyelidikan perkara</span></div>
<ol style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Penerimaan laporan atau pengaduan</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Melakukan tindakan pertama saat terjadi peristiwa (pasal 106, 111 KUHAP)</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Menyuruh berhenti atau memeriksa tanda pengenal</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan (Pasal 17, 20-31)</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat-surat (Pasal 128-130, Pasal 41-42 KUHAP)</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Mengambil sidik jari dan memotret</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> mengambil untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi (Pasal )</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan sehubungan dengan pemeriksaaan</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Mengadakan penghentian penyelidikan (Pasal 109 ayat 2 KUHAP)</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Membuat Berita Acara Pemeriksaan (Pasal 8 jo Pasal 118 jo Pasal 138)</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Menyerahkan BAP (dari kepolisian kepada jaksa) (Pasal 8 (2))</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Kejaksaan melakukan pemeriksaan BAP, dan memberikan penyelidikan lanjut</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;"> Kejaksaan menyerahkan BAP kepada pengadilan (Pasal 1 (7))</span></li>
</ol>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Tahap kedua yaitu penerimaan perkara yang terdiri dari:</span></div>
<ol style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Penyerahan BAP pada panetra</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pendaftaran perkara</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Penetapan Majelis Hakim</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Penunjukan panetra sidang</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Penetan hari sidang</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pemangilan pihak</span></li>
</ol>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Tahap ketiga yaitu pemeriksaan perkara yang terdiri dari:</span></div>
<ol style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pembacaan gugatan</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Jawaban tergugat</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Replik</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Duplik</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Pembuktian (Pasal 183-202 KUHAP)</span></li>
</ol>
<div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Tahap keempat penyelesaian perkara yang terdiri dari:</span></div>
<ol style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Kesimpulan</span></li>
<li style="margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px;"><span style="background-color: white;">Putusan hakim</span></li>
<li></li>
</ol>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-50101792050244381032012-11-06T04:54:00.005-08:002012-11-06T04:54:50.820-08:00Upaya Hukum Dalam Pengadilan Negeri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-9144278674208148532" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><b>A. Upaya Hukum Biasa </b><br />1. Banding<br />Prosedur mengajukan permohonan banding<br />Diajukan di Panitera Pengadilan Negeri dimana putusan tersebut dijatuhkan, dengan terlebih dahuku membayar lunas biaya permohonan banding.<br />Permohonan banding dapat diajukan tertulis atau lisan (pasal 7 UU No. 20/1947) oleh yang bersangkutan maupun kuasanya.<br />Panitera PN akan membuat akte banding yang memuat hari dan tanggal diterimanya permohonan banding dan ditandatangani oleh panitera dan pembanding. Permohonan banding tersebut dicatat dalam Register Induk Perkara Perdata dan Register Banding Perkara Perdata.<br />Permohonan banding tersebut oleh panitera diberitahukan kepada pihak lawan paling lambat 14 hari setelah permohonan banding diterima.<br />Para pihak diberi kesempatan untuk melihat surat serta berkas perkara di Pengadilan Negeri dalam waktu 14 hari.<br />Walau tidak harus tetapi pemohon banding berhak mengajukan memori banding sedangkan pihak Terbanding berhak mengajukan kontra memori banding. Untuk kedua jenis surat ini tidak ada jangka waktu pengajuannya sepanjang perkara tersebut belum diputus oleh Pengadilan Tinggi. (Putusan MARI No. 39 k/Sip/1973, tanggal 11 September 1975).<br />Pencabutan permohonan banding tidak diatur dalam undang-undang sepanjang belum diputuskan oleh Pengadilan Tinggi pencabutan permohonan banding masih diperbolehkan.<br />2. Kasasi<br />Prosedur mengajukan permohonan kasasi</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Permohonan kasasi disampaikan oleh pihak yang berhak baik secara tertulis atau lisan kepada Panitera Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut dengan melunasi biaya kasasi.</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Pengadilan Negeri akan mencatat permohonan kasasi dalam buku daftar, dan hari itu juga membuat akta permohonan kasasi yang dilampurkan pada berkas (pasal 46 ayat (3) UU No. 14/1985)</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Paling lambat 7 hari setelah permohonan kasasi didaftarkan panitera Pengadilan Negeri memberitahukan secara tertulis kepada pihak lawan (pasal 46 ayat (4) UU No. 14/1985)</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">3. Verzet<br />Verzet merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan Pengadilan Negeri yang diputus Verstek.<br />Prosedur mengajukan verzet ,pasal 129 HIR/153 Rbg</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Dalam waktu 14 hari setelah putusan verstek itu diberitahukan kepada tergugat sendiri;</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Bila memungkinkan di periksa oleh Majelis Hakim yang sama.</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Pembuktian berdasakan SEMA No.9/1964, walaupun sebagai Pelawan bukan sbg Penggugat tapi tetap Terlawan sehingga yang membuktikan dulu adalah Terlawan/Penggugat asal.</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><b>B. Upaya Hukum Luar Biasa </b><br />1. Peninjauan Kembali (PK)<br />Prosedur pengajuan peninjauan kembali</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Peninjauan kembali diajukan oleh pihak yang berhak kepada Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat pertama.</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Membayar biaya perkara.</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Permohonan Pengajuan Kembli dapat diajukan secara lisan maupun tertulis.</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Bila permohonan diajukan secara tertluis maka harus disebutkan dengan jelas alasan yang menjadi dasar permohonannnya dan dimasukkan ke kepaniteraan Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat pertama (Pasal 71 ayat (1) UU No. 14/1985)</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Bila diajukan secara lisan maka ia dapat menguraikan permohonannya secara lisan dihadapan Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan atau dihadapan hakim yang ditunjuk Ketua Pengadilan Negeri tersebut, yang akan membuat catatan tentang permohonan tersebut (Pasal 71 ayat (2) UU No. 14/1985)</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Hendaknya surat permohonan peninjauan kembali disusun secara lengkap dan jelas, karena permohonan ini hanya dapat diajukan sekali.</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">2. Derden Verzet<br />Menurut ps. 1917 KUHPerdata : putusan hakim hanya mengikat para pihak yang berperkara.<br />Ps. 378 Rv: Pihak ke-3 yang merasa dirugikan oleh putusan aquo dapat mengajukan perlawanan.<br />Ps.382 Rv bila perlawanan dikabulkan maka putusan tersebut. Direvisi sepanjang kerugian pihak ke-3 tersebu.<br />Perlawanan terhadap CB, RB dan Sita Eksekusi hrs diajukan Pemilik ke Pengadilan Negri yang secara nyata menyita (pasal. 195 (6) HIR, pasal.206 (6) Rbg).<br />Perlawanan tidak menunda Eksekusi, namun bila ada alasan yang essensil maka KPN harus menunda.</span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-18190384876895809452012-11-06T04:54:00.001-08:002012-11-06T04:54:08.417-08:00Susunan Badan Peradilan Tingkat Pertama Dan Banding Dalam Peradilan Militer<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-7157781173553041313" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<span style="background-color: white;"><br /></span><div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pengadilan di lingkungan peradilan militer sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia meliputi pengadilan militer, pengadilan militer tinggi, pengadilan militer utama dan militer pertempuran (bab II pasal 12). Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer merupakan badan pelaksana kekuasaan kehakiman di lingkungan angkatan bersenjata yang berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai pengadilan tertinggi (bab II pasal 8 ayat (2)). Khusus pada peradilan militer, tidak menggunakan kata pengadilan, namun menggunakan mahkamah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="background-color: white;">A. Pengadilan Militer Tingkat Pertama</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Dalam pengadilan militer terdapat dua jabatan struktural:</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Ketua Pengadilan Militer terdapat dalam bab II Pasal 12-13 UU No 31 Tahun 1997</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Wakil Ketua Mahkamah Militer terdapat dalam bab II Pasal 12-13 UU No 31 Tahun 1997</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Jabatan fungsional</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Hakim Militer terdapat dalam terdapat dalam pasal 15, 16, 18, 21-28 UU No 31 Tahun 1997</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Panitera terdapat dalam pasal 16, 29, 30, 31, 34-39 UU No 31 Tahun 1997</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="background-color: white;">B. Pengadilan Militer Tingkat Banding</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Jabatan struktural</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Kepala Mahmilti (pasal 12-13 UU 31 tahun 1997)</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Wakil ketua mahmilti (pasal 12-13 UU 31 tahun 1997)</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Jabatan fungsional</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Hakim Militer Tinggi (pasal 15, 16, 19, 21 s/d 28 UU 31 tahun 1997)</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Penitera (pasal 16, 29, 30, 31, 34 s/d 39 UU 31 tahun 1997)</span></li>
</ul>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-63276778445547845972012-11-06T04:53:00.002-08:002012-11-06T04:53:15.771-08:00Syarat, Tugas, Wewenang, Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Syarat Dalam Peradilan Militer<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-8382491754658559996" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /><b>A. Syarat Menjadi Hakim di Peradilan Militer</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Syarat untuk menjadi hakim militer, militer tinggi dan militer utama pada intinya sama, namun yang membedakan adalah pangkat terendah yang dijadikan sebagai standar minimumnya (UU no 31 tahun 1997: Bab II à pasal 18, 19, 20)<br />Pasal 18<br />Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Militer, seorang Prajurit harus memenuhi syarat:<br />a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;<br />b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;<br />c. tidak terlibat partai atau organisasi terlarang;<br />d. paling rendah berpangkat Kapten dan berijazah Sarjana Hukum;<br />e. berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum; dan<br />f. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.<br />Pasal 19<br />Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Militer Tinggi, seorang Prajurit harus memenuhi syarat:<br />a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;<br />b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;<br />c. tidak terlibat partai atau organisasi terlarang;<br />d. paling rendah berpangkat Letnan Kolonel dan berijazah Sarjana Hukum;<br />e. berpengalaman di bidang peradilan dan/atau hukum; dan<br />f. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.<br />Pasal 20<br />Untuk dapat diangkat menjadi Hakim Militer Utama, seorang Prajurit harus memenuhi syarat:<br />a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;<br />b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;<br />c. tidak terlibat partai atau organisasi terlarang;<br />d. paling rendah berpangkat Kolonel dan berijazah Sarjana Hukum;<br />e. berpengalaman sebagai Hakim Militer Tinggi atau sebagai Oditur Militer Tinggi; dan<br />f. berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><b>B. Tugas dan Wewenang Hakim Peradilan Militer</b><br />Hakim militer, hakim militer tinggi, hakim militer utama yang selanjutnya disebut hakim adalah pejabat yang masing-masing melaksanakan kekuasaan kehakiman pada pengadilan (UU no 31 th. 1997: Bab I à pasal 9, dan 10)<br />Pasal 9<br />Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer berwenang:<br />1. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana adalah:<br />a. Prajurit;<br />b. yang berdasarkan undang-undang dipersamakan dengan Prajurit;<br />c. anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai Prajurit berdasarkan undang-undang;<br />d. seseorang yang tidak masuk golongan pada huruf a, huruf b, dan huruf c tetapi atas keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili oleh suatu Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.<br />2. Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata.<br />3. Menggabungkan perkara gugatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan.<br />Pasal 10<br />Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh mereka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 yang:<br />a. tempat kejadiannya berada di daerah hukumnya; atau<br />b. terdakwanya termasuk suatu kesatuan yang berada di daerah hukumnya.<br /> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pengangkatan<br />Hakim militer, hakim militer tinggi, hakim militer utama diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Panglima berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung (UU no. 31 th. 1997: Bab II à pasal 21-22)<br />Pasal 21<br />Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 20 diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Panglima berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.<br />Pasal 22<br />Sebelum memangku jabatannya, Hakim wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya sebagai berikut:<br />"Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk memperoleh jabatan saya ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga".<br />"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga sesuatu janji atau pemberian".<br />"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan setia kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, Undang-Undang Dasar 1945, dan segala undang-undang serta peraturan lain yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia".<br />"Saya bersumpah/berjanji bahwa saya senantiasa akan menjalankan jabatan saya ini dengan jujur, saksama, dan dengan tidak membeda-bedakan orang dan akan berlaku dalam melaksanakan kewajiban saya sebaik-baiknya dan seadil-adilnya seperti selayaknya bagi seorang Hakim Militer/Hakim Militer Tinggi/Hakim Militer Utama yang berbudi baik dan jujur dalam menegakkan hukum dan keadilan".<br /> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><b>C. Pemberhentian Hakim Peradilan Militer</b><br />Pemberhentian hakim dilakukan secara terhormat dan tidak terhormat, diberhentikan secara hormat karena diantaranya adalah alih jabatan, atas permintaan sendiri dll. Sedangkan secara tidak terhormat diantaranya karena melakukan perbuatan tercela, dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana dll. hal ini dijelaskan dalam UU no. 31 th. 1997 pasal 21, 24, 25, 26, 27, dan 28)<br />Pasal 21<br />Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pasal 19, dan Pasal 20 diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara atas usul Panglima berdasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.<br />Pasal 24<br />(1) Hakim diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena:<br />a. alih jabatan;<br />b. permintaan sendiri;<br />c. sakit jasmani atau rohani terus-menerus;<br />d. menjalani masa pensiun; atau<br />e. ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugasnya.<br />(2) Hakim yang meninggal dunia dengan sendirinya diberhentikan dengan hormat dari jabatannya.<br />Pasal 25<br />(1) Hakim diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya karena:<br />a. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan;<br />b. melakukan perbuatan tercela;<br />c. terus-menerus melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas jabatannya;<br />d. melanggar sumpah atau janji jabatannya; atau<br />e. melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.<br />(2) Pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat, dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan sesudah yang bersangkutan diberi kesempatan secukupnya untuk membela diri di hadapan Majelis Kehormatan Hakim.<br />(3) Pembentukan susunan dan tata kerja Majelis Kehormatan Hakim serta tata cara pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Panglima sesudah mendengar pertimbangan Kepala Pengadilan Militer Utama.<br />Pasal 26<br />Hakim sebelum diberhentikan tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dapat diberhentikan sementara dari jabatannya.<br />Pasal 27<br />Apabila terhadap seorang Hakim ada perintah penangkapan dan yang diikuti dengan penahanan, dengan sendirinya Hakim tersebut diberhentikan sementara dari jabatannya.<br />Pasal 28<br />Ketentuan mengenai tata cara pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25, dan Pasal 26 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.</span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-76879317492914115702012-11-06T04:52:00.001-08:002012-11-06T04:52:08.867-08:00Kewenangan pada Peradilan Militer <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-6004393242625793713" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><b>1. Kewenangan mutlak pada Peradilan Militer</b><br />Kewenangan mutlak adalah kewenangan memeriksa atau mengadili perkara berdasarkan pembagian wewenang atau tugas (atribusi kekuasaan). Kewenangan Mutlak (Absolute Competensi) yaitu kewenangan yang menyangkut kekuasaan mutlak untuk mengadili suatu perkara<br />Kekuasaan Mutlak terdapat pada UU no 31 th. 1997 yaitu:</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">pasal 40 : menjelaskan kekuasaan mutlak pada Pengadilan Militer, diantaranya adalah memutus perkara pidana yang terdakwanya berpangkat kapten ke bawah dan seterusnya</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">pasal 41 mengenai kekuasaan mutlak pada Pengadilan Militer Tinggi, salah satunya adalah memeriksa dan memutus perkara pada terdakwa yang berpangkat mayor ke atas dll.</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Pasal 42 menjelaskan kekuasaan mutlak pada Pengadilan Militer Utama, yaitu memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh pengadilan militer tinggi yang dimintakan banding</span></li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="background-color: white;">2. Kewenangan relatif pada Peradilan Militer</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Kewenangan relatif adalah Kewenangan memeriksa/mengadili perkara berdasarkan pembagian daerah hukum (distribusi kekuasaan). kewenangan mengadili suatu perkara yang menyangkut wilayah/daerah hukum (yurisdiksi), hal ini dikaitkan dengan tempat tinggal pihak-pihak berperkara<br />Kekuasaan Relatif terdapat pada UU no 31 tahun 1997, yaitu:</span></div>
<ul style="line-height: 1.4; list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin: 0.5em 0px; padding: 0px 2.5em; text-align: justify;">
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Pasal 41 ayat 2 dan 3, dalam ruang lingkup kekusaaan Pengadilan Militer Tinggi, yaitu bertugas memriksa dan memutus perkara pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus oleh pengadilan militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding (2)</span></li>
<li style="border: none; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0.25em 0px;"><span style="background-color: white;">Pasal 43 ayat 1, dalam ruang lingkup pada kekuasaan Pengadilan Militer Utama, diantaranya memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa tentang wewenang mengadili antara pengadilan militer yang berkedudukan di daerah hukum Pengadilan Militer Tinggi yang berlainan</span></li>
</ul>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-12038001048785125342012-11-06T04:51:00.002-08:002012-11-06T04:51:24.629-08:00Prosedur Beracara dalam Peradilan Militer<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-3496049579250235841" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Prosedur Beracara dalam Hukum Acara Pidana Militer</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Penyidikan : penyidikan dilakukan terhadap suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang dianggap tersangka (UU 31/1997 pasal 69-74) untuk kepentingan penyidikan, penyidik berwenang melakukan penangkapan (UU 31/1997 pasal 75-81), penggeledahan rumah, pakaian atau badan (UU 31/1997 pasal 82-95), pemeriksaan surat (UU 31/1997 pasal 96-98) yang terakhir adalah pelaksanaan penyidikan (UU 31/1997 pasal 99-121)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Penyerahan perkara : hal-hal yangn diserahkan adalah; surat keputusan penyerahan perkara, surat keputusan tentang penyelesaian menurut hukum disiplin prajurit atau surat keputusan penutupan perkara demi kepentingan hukum (UU 31/1997 pasal122-131)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Pemeriksaan disidang pengadilan : dalam hal ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu persiapan persidangan (UU 31/1997 pasal 132-136) dalam hal ini kepala pengadilan militer tinggi segera mempelajari berkas-berkas perkara, apakah perkara itu termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinnya. Selanjutnya penahanan (UU 31/1997 pasal 137-138) kemudian pemanggilan (UU 31/1997 pasal 139-140)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Acara pemeriksaan biasa, meliputi: pemeriksaan dan pembuktian (UU 31/1997 pasal 141-181), selanjutnya penuntutan dan pembelaan (UU 31/1997 pasal 182-187)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Musyawarah dan putusan : putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan disidang terbuka di muka umum (UU 31/1997 pasal 192) </span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-2426435413060161462012-11-06T04:50:00.003-08:002012-11-06T04:50:27.301-08:00Upaya Hukum pada Peradilan Militer<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-7951274014631085862" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><b><br />A. Upaya Hukum Biasa</b><br />Banding : terdakwa atau oditur berhak untuk meminta banding terhadap putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas dari segala dakwaan atau lepas dari segala tuntutan yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat yang berupa pidana perampasan dan kemerdekaan (UU 31 tahun 1997 pasal 219-230)<br />Kasasi : terhadap perkara pidana yang diberikan oleh pengadilan tingkat banding atau pengadilan tingkat pertama dan terakhir, terdakwa atau oditur dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung, kecuali terhadap putusan bebas dari segala dakwaan (UU 31 tahun 1997 pasal 231-244)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><b>B. Upaya Hukum Luar Biasa</b><br />Kasasi demi kepentingan umum : demi kepentingan hukum terhadap semua putusan yang sudah memperoleh kekuatan hukum dari pengadilan, dapat diajukan 1 (satu) kali permohonan kasasi oleh Oditur Jendral. Putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh merugikan pihak yang berkepentingan. (UU 31 tahun 1997pasal 245-247)</span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-66190970061923164292012-11-06T04:48:00.004-08:002012-11-06T04:48:50.381-08:00Susunan Badan Peradilan Agama Tingkat Pertama dan Banding<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-869207647971542277" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-weight: bold;">Susunan Badan Peradilan Tingakat Pertama</span><br />Susunan Peradilan Agama terdiri dari pimpinan, hakim anggota, panetera, sekretaris dan juru sita(pasal 9 ayat (1) bab II UU no. 50 th 2009 perubahan ke-2 UU no. 7 th 1989)<br /><span style="font-weight: bold;">1). Jabatan Struktural </span><br />- Ketua Peradilan (UU no.50 th 2009, Bab II pasal 14 s/d 25)<br />- Wakil Ketua Peradilan (UU no.50 th 2009, Bab II pasal 14 s/d 25)<br />- Sekretaris dan Wakil Sekretaris (UU no.50 th 2009, Bab II pasal 43 s/d 48).<br /><span style="font-weight: bold;">2). Jabatan Fungsional </span><br />- Hakim Anggota (UU no.50 th 2009, Bab II pasal 13 s/d 25)<br />- Panetra, wakil panetra, panetra pengganti dan panetra muda (UU no.50 th 2009, Bab II pasal 26 s/d 37)<br />- Juru sita dan Juru sita pengganti (UU no. 50 th 2009 bab II pasal 38 s/d 42).<br /><span style="font-weight: bold;">Susunan Badan Peradilan Tingakat Banding</span><br />Susunan Peradilan Agama terdiri dari pimpinan, hakim anggota, panetera dan sekretaris 9 ayat (2) bab II UU no. 50 th 2009)<br /><span style="font-weight: bold;">1). Jabatan Struktural </span><br />- Ketua Peradilan ( UU no.50 th 2009 bab II pasal 14 s/d 25)<br />- Wakil Ketua Peradilan ( UU no.50 th 2009 bab II pasal 14 s/d 25)<br />- Sekretaris dan Wakil Sekretaris (UU no. 50 th 2009 bab II pasal 43 s/d 48)<br /><span style="font-weight: bold;">2). Jabatan Fungsional </span><br />- Hakim Tinggi (UU no.50 th 2009 bab II pasal 14 s/d 25)<br />- Panetra, Wakil Panetra, Panetra Pengganti dan Panetra Muda (UU no.50 th 2009 bab II pasal 26 s/d37)</span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-13933087369373530942012-11-06T04:47:00.002-08:002012-11-06T04:47:31.314-08:00Prosedur Berperkara di Peradilan Agama<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-315870084039707396" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Langkah-langkah yang harus dilakukan penggugat:<br /><br />1. Mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama/mahkamah syariah (Pasal 118 HIR, 142 R.Bg).<br /><br />2. Gugatan diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syariah:<br /><br />a. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.<br /><br />b. Bila tempat kediaman tergugat tidak diketahui, maka gugatan diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syariah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat.<br /><br />c. Bila mengenai benda tetap, maka gugatan dapat diajukan kepada pengadilan agama/mahkamah syariah, yang daerah hukumnya meliputi tempat letak benda tersebut. Bila benda tetap tersebut terletak dalam wilayah beberapa pengadilan agama/mahkamah syariah, maka gugatan dapat diajukan kepada salah satu pengadilan agama/mahkamah syariah yang dipilih oleh penggugat (Pasal 118 HIR, 142 R.Bg.).<br /><br />3. Membayar biaya perkara (Pasal 121 ayat (4) HIR, 145 ayat (4) R.Bg. jo. Pasal 89 UU nomor 7 tahun 1989), bagi yang tidak mampu dapat berperkara secara Cuma-Cuma (prodeo) (Pasal 237 HIR, 273 R.Bg.).<br /><br />4. Penggugat dan tergugat atau kuasanya menghadiri sidang pemeriksaan berdasarkan panggilan pengadilan agama/mahkamah syariah (Pasal 121, 124 dan 125 HIR, 145 R.Bg.).<br /><br /><br />PROSES PENYELESAIAN PERKARA<br /><br />1. Penggugat atau kuasanya mendaftarkan gugatan ke pengadilan agama/mahkamah syariah.<br /><br />2. Penggugat dan tergugat dipangil oleh pengadilan agama/mahkamah syariah untuk menghadiri persidangan.<br /><br />3. a. Tahapan persidangan:<br /><br />1). Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak.<br /><br />2). Apabila tidak berhasil, maka hakim mewajibkan kepada kedua belah pihak agar lebih dahulu menempuh mediasi (PERMA nomor 2 tahun 2003).<br /><br />3). Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan, jawaban, jawab menjawab, pembuktian dak kesimpulan. Dalam tahap jawab menjawab (sebelum pembuktian), tergugat dapat mengajukan gugatan rekonvensi (gugat balik) (Pasal 132 HIR, 158 R.Bg.).<br /><br />b. Putusan pengadilan agama/mahkamah syariah atas gugatan tersebut sebagai berikut :<br /><br />1). Gugatan dikabulkan. Apabila tergugat tidak puas dapat mengajukan banding melalui pengadilan agama/mahkamah syariah tersebut.<br /><br />2). Gugatan ditolak. Penggugat dapat mengajukan banding melalui pengadilan agama/mahkamah syariah tersebut.<br /><br />3). Gugatan tidak diterima. Penggugat dapat mengajukan gugatan baru.<br /><br />4. Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, kedua belah pihak dapat meminta salinan putusan (Pasal 185 HIR, 196 R.Bg.).<br /><br />5. Apabila pihak yang kalah dihukum untuk menyerahkan obyek sengketa, kemudian tidak mau menyerahkan secara suka rela, maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan agama/mahkamah syariah yang memutus perkara tersebut.</span></div>
</div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-34944664543120814502012-11-06T04:45:00.003-08:002012-11-06T04:45:42.298-08:00Sumber Hukum Peradilan Agama<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-1392473348185389069" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-weight: bold;">Sumber hukum</span> adalah segala aturan perundang-undangan yang bersifat mengatur dan mempunyai kekuatan hukum yang dapat dijadikan rujukan/patokan dalam lingkungan peradilan baik dalam Peradilan Umum maupun Peradilan Agama dalam memutuskan suatu perkara. Dalam lingkungan Peradilan Agama di Indonesia, sumber hukum yang dipakai atau dijadikan rujukan dalam memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan secara garis besar terbagi menjadi dua; yaitu sumber hukum materiil dan sumber hukum formil (hukum acara).<br /><span style="font-weight: bold;">A. Hukum Materiil Peradilan Agama</span><br />Hukum Materiil Peradilan Agama merupakan semua kaidah-kaidah hukum yang mengatur dalam Islam yang kemudian disebut dengan fiqh. Menurut perjalanan sejarah peradilan agama yang berjalan pada masa lalu mengalami pasang surut, hal ini disebabkan adanya pengaruh-pengaruh politik, pemerintahan dan ekonomi pada masa kolonial Belanda. Selain itu sumber hukum meteriil selama ini bukanlah hukum yang tertulis sebagaimana hukum positif, serta berserakan dalam berbagai kitab ulama karena dari segi sosiokultural banyak mengandung khilafiyah (perbedaan), sering menimbulkan perbedaan ketentuan hukum mengenai masalah yang sama antara daerah satu dengan yang lain. Sehingga untuk menengahi banyaknya perbedaan tersebut dikeluarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1954 tentang Hukum Perkawinan, Talak dan Rujuk sebagai patokan bersama. Undang-Undang ini kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Biro Peradilan Agama No. B/1/735 Tanggal 18 Februari 1958 yang merupakan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1957 tentang Pembentukan Peradilan Agama di luar Jawa dan Madura.<br />Banyak terjadi perbedaan tentang keberadaan sumber hukum materiil Peradilan Agama yang tidak tertulis ini, untuk itu sesuai Surat Biro di atas ditetapkan 13 kitab fiqh Islam yang digunakan sebagai rujukan dalam memeriksa dan memutuskan perkara di lingkungan Peradilan Agama. Meskipun demikian banyak yang berpendapat hukum positif adalah hukum yang harus tertulis, sehingga hal ini dilegalisasi oleh Ketentuan Pasal 27 Ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman bahwa seorang hakim mengadili, memahami dan mengikuti nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Ketentuan ini disahkan tanggal 17 Desember 1970, namun secara riil Pengadilan Agama sesuai dengan ketentuan tersebut baru berjalan setelah adanya Skb. Mahkamah Agung dan Menteri Agama No. 01, 02, 03 dan 04 Tahun 1983 dan kemudian dikukuhkan dengan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.<br />Untuk menjembatani dua pendapat tersebut maka pada tanggal 02 Januari 1974 disahkan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Ketentuan ini didukung oleh Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, yang merupakan titik tolak awal pergeseran bagian hukum Islam menjadi hukum yang tertulis. Namun demikian masih banyak dari hukum perkawinan, kewarisan dan perwakafan yang tidak tertulis, sehingga banyak terjadinya perbedaan putusan di Peradilan Agama terhadap kasus dan masalah yang sama. Hal ini disebabkan pengambilan rujukan kitab-kitab fiqh yang berbeda-beda.<br />Begitu banyak kaidah-kaidah yang mengatur Islam secara kompleks, dengan didukung fiqh yang sangat toleran terhadap perkembangan zaman, Syari’at Islam begitu mudah dijalankan dalam menata kehidupan di dunia. Atas dasar itu dalam mewujudkan kepastian hukum baik dibidang perkawinan, kewarisan dan perwakafan menjadi hukum yang tertulis, maka Indonesia merintis Kompilasi Hukum Islam dengan SKB Mahkamah Agung RI dan Menteri Agama No. 07/KMA/1985 dan No. 25 Tahun 1985 Tanggal 25 Maret 1985 tentang Pelaksanaan Proyek Pembentukan Kompilasi Hukum Islam. Dimulai dengan inilah dilakukan pengumpulan data, wawancara dengan para ulama’, melakukan lokakarya dan hasil kajian, menelaah kitab-kitab dan studi banding dengan negara-negara lain. Setelah data-data terkumpul dan diolah dan menjadi naskah kompilasi diajukan oleh Menteri Agama kepada Presiden pada tanggal 14 Maret 1988 dengan Surat No. MA/123/1988 tentang pembentukan Kompilasi Hukum Islam guna memperoleh landasan yuridis sebagai pedoman untuk menyelesaikan perkara yang diajukan pada lingkungan Peradilan Agama di Indonesia.<br />Kebutuhan hukum Islam yang sangat mendesak, nampaknya Kompilasi Hukum Islam belum juga terbentuk sebagai undang-undang, sehingga muncullah Inpres. (Instruksi Presiden) No. 1 Tahun 1991 (tanggal 19 Juni 1991) tentang Penyebaran Kompilasi Hukum Islam. Dengan diikuti SK. Mahkamah Agung No. 154 Tahun 1991 yang intinya mengajak seluruh jajaran Departemen Agama dan Instansi Pemerintah lainnya untuk menyebarluaskan dan melaksanakan Kompilasi Hukum Islam yang berisikan hukum perkawinan, kewarisan dan perwakafan sebagai pedoman penyelesaian masalah-masalah hukum Islam yang terjadi dalam masyarakat.<br /><span style="font-weight: bold;">B. Hukum Formil Peradilan Agama</span><br />Kata formil berarti “bentuk” atau “cara”, maksudnya hukum yang mengutamakan pada kebenaran bentuk dan kebenaran cara. Oleh sebab itu dalam beracara di muka pengadilan tidaklah cukup hanya mengetahui materi hukum saja tetapi lebih dari itu, harus lebih mengetahui dari bentuk dan cara yang sudah diatur dalam Undang-Undang. Keterikatan bentuk dan cara ini antara para pencari keadilan dan penegak hukum haruslah dikuatkan, sehingga dalam menjalankan beracara tidak bisa semaunya dan seenaknya.<br />Sejak masa Pemerintahan Belanda telah dibentuk Peradilan Agama di Jawa dan Madura dengan Stbl. 1882 No. 152jo. Stbl. 1937 No. 116 dan 610, di Kalimantan Selatan dengan Stbl. 1937 No. 638 dan 639, kemudian setelah Kemerdekaan RI, pemerintah membentuk Peradilan Agama di luar Jawa, Madura dan Kalimantan Selatan dengan PP No. 45 Tahun 1957. akan tetapi dalam kesemuanya itu tidak tertulis peraturan hukum acara yang harus digunakan hakim dalam memeriksa, memutus dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Sehingga dalam mengadili para hakim mengambil intisari hukum acara yang ada dalam kitab-kitab fiqh meskipun dalam penerapannya berbeda dalam putusan pengadilan satu dengan pengadilan agama lainnya. Sehingga sampai sekarang sumber hukum acara Peradilan Agama di Indonesia sama dengan Peradilan Umum yang berlaku.<br />Ketentuan hukum acara Peradilan Agama mulai ada sejak lahirnya UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perwawinan jo. PP No. 9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaannya. Baru berlaku sejak diterbitkannya UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang di dalamnya mengatur Susunan dan Kekuasaan Peradilan Agama, serta hukum acara yang berlaku di lingkungan Peradilan Agama.<br />Hukum Acara Peradilan Umum untuk daerah Jawa-Madura adalah Herziene Inlandsch Reglement (HIR), di luar Jawa-Madura Rechtsreglement Voor De Buitengewesten (R.Bg), maka kedua aturan ini diberlakukan di lingkungan Peradilan Agama, kecuali hal-hal yang diatur secara khusus dalam UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Misalnya pembebanan biaya perkara pada pemohon/penggugat dengan alasan syiqaq, li’an dan ketentuan lainnya.</span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-87163617231295225072012-11-06T04:44:00.003-08:002012-11-06T04:44:21.790-08:00Kewenangan Peradilan Agama<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative; text-align: justify;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-7969712979858290529" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Adapun kewenangan mengadili badan Peradilan Agama dapat dibagi menjadi 2 (dua) kewenangan yaitu:<br /><span style="font-weight: bold;">1. Kewenangan Mutlak</span> <span style="font-style: italic;">(Absolute Competensi)</span> yaitu kewenangan yang menyangkut kekuasaan mutlak untuk mengadili suatu perkara, artinya perkara tersebut hanya bisa diperiksa dan diadili oleh Pengadilan Agama. Dalam istilah lain disebut “Atribut Van Rechsmacht”. Yang menjadi kewenangan absolute Pengadilan Agama adalah:<br />Menerima, memeriksa, mengadili dan memutus serta menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam dalam bidang:<br />a. Perkawinan<br />b. Waris<br />c. Wasiat<br />d. Hibah<br />e. Wakaf<br />f. Zakat<br />g. InfaqShadaqoh<br />h. Ekonomi Syari’ah.<br />(Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama).<br /><span style="font-weight: bold;">2. Kewenangan Relatif</span> <span style="font-style: italic;">(Relative Competensi)</span> yaitu kewenangan mengadili suatu perkara yang menyangkut wilayah/daerah hukum (yurisdiksi), hal ini dikaitkan dengan tempat tinggal pihak-pihak berperkara. Ketentuan umum menentukan gugatan diajukan kepada pengadilan yang mewilayahi tempat tinggal tergugat (Pasal 120 ayat (1) HIR/Pasal 142 ayat (1) RBg. Dalam Perkara perceraian gugatan diajukan ke pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal isteri (Pasal 66 ayat (2) dan Pasal 73 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989). Dalam istilah lain kewenangan relatif ini disebut “Distribute van Rechtsmacht”. Pengadilan yang berhak mengadili suatu perkara dalam bahasa latin disebut dengan istilah “Actor Sequitur Forum Rei”.</span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3547520670546658386.post-78147667874506973722012-11-06T04:43:00.003-08:002012-11-06T04:43:15.995-08:00Upaya Hukum<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name" style="font-family: Times, 'Times New Roman', serif; font-size: 24px; font-weight: normal; margin: 0px; position: relative;">
<br /></h3>
<div class="post-header" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 1.6; margin: 0px 0px 1.5em;">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-1746283848167683963" itemprop="description articleBody" style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; width: 500px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><span style="font-weight: bold;">Upaya Hukum</span>, adalah sarana yang disediakan bagi pihak yang merasa dirugika oleh putusan hakim. Upaya hukum ini harus di gunakan dalam batas waktu yg ditentukan & jika batas waktu itu telah lewat, maka pihak yang seharusnya menggunakan upaya hukum itu di anggap telah melepaskan hak atau kepentingannya.<br />Upaya hukum di bagi atas :a) <span style="font-weight: bold;">Upaya hukum biasa</span>, yang terdiri dari:<br />1. <span style="font-weight: bold;">Verzet terhadap Verstek</span>, artinya suatu tindakan untuk melakukan perlawanan terhadap ptusan hakim yang dijatuhkan tanpa pernah dihadiri oleh tergugat sekalipun telah dipanggil secara patut. Patut yang dmaksud oleh UU biasanya diserahkan kepada hakim yg mengadili perkara yang diputuskan dgn verstek. Artinya oleh hakim yg bersangkutan dapat saja memanggil pihak tergugat 2X atau lebih. Verzet sebagai upaya hukum biasa, pelaksanaannya diajukan ke Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut dengan Verstek.<br />2. <span style="font-weight: bold;">Banding</span>, suatu upaya yg disediakan bagi pihak yang mersa dirugikan atas adanya putusan pengadilan negeri yang meminta dilakukan pemeriksaan lewat pwngadilan tinggi, adapun batas waktu yang tersedia bagi pihak yang berkepentingan adalah empat belas hari setelah Pengadilan Negeri membacakan putusannya, jika para pihak hadir dalam pembacaan putusan, akan tetapi jika pihak yang dirugikan oleh putusan Pengadilan negeri atau setingkat dengan PN tdk hadir pada saat itu maka waktu yang tersedia adalah empat belas hari setelah pemberitahuan putusan kepadanya.<br />3<span style="font-weight: bold;">. Kasasi, </span>adalah sarana yang tersedia bagi pihak yang berkepentingan, yang merasa dirugikan oleh putusan PT, adapun batas waktu yang tersedia untuk menggunakan upaya hukum kasasi adalah empat belas hari terhitung sejak hari diterimanya pemberitahuan ptusan pengadilan. Dalam hal mengajukan atau menyatakan kasasi, harus disertai dengan memory kasasi, artinya memori kasasi merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pemohon kasasi, karna hakim agung sangat memerlukan tes hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan negeri dan PT yang sesungguhnya menjadi keberatan pemohon kasasi.<br /><br />b) <span style="font-weight: bold;">Upaya hukum luar biasa</span>, yang terdiri dari:<br />- <span style="font-weight: bold;">Penijauan kembali,</span> yaitu suatu upaya dari pihak yang merasa dirugikan oleh putusan yang berkekuatan hukum pasti dengan alasan2 sebagaimana yang diatur dalam UU No.19 ttg Mahkamah Agung.<br />- <span style="font-weight: bold;">Perlawanan pihak ke-3 = Derden Verzet.</span><br />Adalah suatu upaya hukum yang berusaha untuk mementahkan putusan hakim yang telah berkekuatan hukum pasti dengan menempatkan tergugat dan penggugat sebagai terlawan atau diposisikan sebagai tergugat.</span></div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0